Ayah Ingin Bemuhashabah

"Ayah mau kemana yah ?, tanya Bilqis anak perempuan semata wayangku sambil memandangiku tajam. "Ayah ingin bemuhashabah sayang, pergi ke Pondok Pesantren sambil belajar agama” , jelasku singkat pada gadik mungil 6 tahun ini. “ Sekaligus ayah cari kerja sayang agar nanti kalo hari raya bisa beliin baju dan boneka  untuk Bilqis”, lanjutku sambil memeluk gadis kecilku itu. Tiba – tiba tanpa disadari mataku bekaca – kaca serasa ada beban yang melonjak di dadaku saat haus mengucapkan itu.  Permohonan perceraian yang diajukan Widya, kemain malam yang melatar belakangi aku harus segera mengkoreksi diri sekaligus bemuhashabah atas segala hal yang tejadi beberapa bulan ini.
“ Ayah gak boleh pergi lalu nanti yang bacain Bilqis dongeng nabi siapa yah kalo mau bobo ?, tanya gadis kecilku merengek sambil memegang tanganku agar tak  jadi pergi. “Sayang, nanti mama ya yang bacain Bilqis dongeng nabi – nabi, ayah sudah kasih mama buku dongengnya kok sayang”, “Insya Allah ayah pulang sebelum takbiran lebaran ini kok, nanti adik Rasya sama Izul khan kesini liburan jadi Bilqis gak sendiri lagi klo bobo”, lanjutku menjelaskan sekaligus merayunya.
Sejak hampir tiga bulan lalu ketika aku tidak bekerja lagi di peusahaan hubunganku dan Widya semakin renggang, bahkan ketika aku memutuskan untuk berwirausaha ditanggapi dingin olehnya, hingga karena keuangan yang naik turun dari usahaku Widya memutuskan untuk hidup sendiri – sendiri atau mengajukan talak 1. Waktu dia mengucapkan pernyataan itu aku sempat kaget bahkan mengatakan gak mungkin Widya akan senekat ini. Aku waktu itu mencoba dingin dan tidak menanggapinya, walau saat malam datang tak kurang untaian doa kupanjatkan ke Sang Khaliq agar memberikan jalan keluar terhadap masalah yang aku hadapi saat itu. Ternyata pemintaan yang diajukan oleh Widya semakin tajam bahkan sepertinya tidak tertahankan lagi. “ Beri aku waktu untuk membuktikannya dan waktu untuk berpikir untuk keputusanmu itu, jika waktu yang kau tentukan terlewati  kau boleh mengajukan apa yang saat ini kau inginkan”, jelasku saat itu kepada Widya.
Sejenak kupeluk lagi gadis kecilku sambil melangkah pasti menuju pintu keluar, berkaca – kaca matanya saat aku memulai langkah untuk meninggalkannya...begitupun mataku mulai sembab entah kerena apa. Mungkin karena Bilqis lebih dekat denganku daripada mamanya. “Ayah cepat kembali ya, nanti Bilqis WA ayah klo sampai pondok”, ucapnya saat aku mulai menyalakan motorku pelahan meninggalkan rumah. Lambaian tangannya sempat kulihat sebelum Widya menggiringnya masuk ke dalam rumah.
Di atas motor menuju Surabaya, kutumpahkan semua air kesedihanku selama ini. Sambil terus berigtifar memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang mungkin telah aku lakukan sehingga Allah berikan sedikit ujian kehidupan ini kepadaku. “ Ya Allah, beri hamba kekuatan untuk menghadapi ujian yang Engkau berikan ini Ya Robbi”.

Esok harinya....

Saat berada di pondok aku jelaskan semuanya yang menjadi keinginanku selain ingin belajar agama, aku beharap dapat memperbaiki diri sekaligus bemuhashabah atas segala dosa maupun kesalahan yang terjadi selama ini. “ Dalem ingin bermuhasabah ustadz, begitu banyak salah dan kesalahan saya ke keluarga ustadz sehingga mungkin Allah menyentil saya lewat jalan ini”, ucapku kepada Ustadz Abdillah. “Mas Ony, Gusti Allah puniko membeikan ujian gak mungkin melebihi kemampuan hambanNya” , jelasnya menenangkan saya, “Njenengan banyak istigfar mawon ngge, dan perbanyak sholat dalu...Insya Allah semua masalah pasti ada solusinya.
Awal puasa 1439 H itu aku memulai sebuah perjalananku bemuhashabah atas semua kesalahan – kesalahanku yang mungkin aku lakukan sengaja atau tidak baik ke keluaga kecilku maupun orang lain. Saat awal terawih tanggal 16 Mei lalu, entah kenapa aku menangis sejadi – jadinya bahkan seakan tidak mempedulikan jamaah lain di pondok yang sedang sama – sama terawih, seakan aku di hadapkan layar besar yang memutar video atas segala kesalahan yang aku buat. Malamnya saat sendiri bertahajud, aku merasa sedang berkhalwat dengan Allah sambil berdialog mengakui semua kealfaan diri. “ Ampuni hamba Ya Robbi, terima muhasabah yang hamba lakukan ini Ya Allah”.
Malamnya, satu WA...masuk dari gadis kecilku seakan memberi semangat dan membuat sembab mataku. “ Ayah semangat ya berhijrah...Bilqis tunggu ayah datang jadi ustadz”, tulisnya di halaman WAku. “Insya Allah nak ayah akan datang apapun nanti putusan mamamu, ayah akan berubah sayang. Kelak ayah akan jadikan kamu gadis shaleha permata ayah sayang”, jawabku dalam hati seakan tak mampu menjawabnya dalam tulisan WA. Bismillah...ayah sedang berjuang sayang.







#WIKA days 3
#Resolusi Ramadhan 1439 H
#FLP Sidoarjo

Komentar

Postingan Populer